BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Setiap manusia memiliki pandangan
hidup yang berbeda-beda. Pengelompokkan pandangan hidup yang berbeda-beda akan
menciptakan paham atau aliran. Aliran–aliran tersebut, misalnya
individualisme, sosialisme, kapitalisme, dan lain-lain. Pandangan hidup tidak
terlepas dari masalah nilai dalam kehidupan manusia. Pandangan hidup merupakan
wujud pertama kebudayaan yang tidak terlepas dari nilai budaya.
2. Tujuan Penulisan
2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk menuntaskan tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar yang menjadi salah satu
syarat kelulusan dalam proses pembelajaran di jenjang S1 Teknik Informatika
Universitas Gunadarma. Selain itu, diharapkan makalah ini menjadi tulisan yang
bermanfaat dan menjadi referensi bagi semua orang yang membacanya.
3. Rumusan
Masalah
Dari latar belakang yang telah
dijelaskan di awal tadi, maka saya mengambil pokok masalah menjadi 3 rumusan
yang akan dibahas selanjutnya. Berikut adalah rumusan/pokok masalah
:
1.
Pengertian
Pandangan Hidup.
2.
Cita-cita
3.
Kebajikan
4.
Etika
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP
Yang dimaksud dengan pandangan hidup
adalah bagaimana manusia memandang kehidupan atau bagaimana manusia memiliki
konsepsi tentang kehidupan. Akibat dari pandangan hidup yang berbeda-beda, maka
timbullah secara umum pandangan hidup yang dapat dikelompok-kelompokkan disebut
aliran atau paham. Misalnya, manusia yang mengutamakan diri sendiri yang
menimbulkan paham individualisme dan manusia yang mengutamakan kepentingan
umum atau masyarakat yang menimbulkan paham sosialisme.
Berdasarkan nilai hidupnya, Eduard
Spranger membagi manusia atas enam tipe, yaitu menusia ekonomi, politik,
sosial, pengetahuan, seni, dan agama. Berdasarkan klasifikasi tersebut yang
dimaksud dengan manusia ekonomi adalah orang yang suka bekerja, suka
mengumpulkan harta, bersifat agak kikir, dan perhitungan. Sehingga, dari
sifat-sifat manusia seperti itu akan lahir manusia yang disebut homo
economicus yang mendasarkan kehidupannya terutama atas kepentingan ekonomi.
Dalam abad XX ini, terdapat dua aliran besar dalam pemikiran atau pandangan
ekonomi, yaitu kapitalisme dan sosialisme.
Dalam aliran kapitalisme, seorang
individu akan berusaha sendiri mempergunakan modal uang dimilikinya untuk
mengembangkan dirinya. Paham kapitalisme, umumnya berkembang di negara-negara
Barat yang memiliki nilai hidup. Sedangkan, paham sosialisme umumnya berkembang
di negara-negara Timur (negara berkembang). Oleh karena itu, negara yang
diserahi rakyatnya mengurus kepentingannya, harus mengutamakan kepentingan umum
agar kemiskinan dapat dihilangkan sehingga masyarakat menjadi sejahtera.
Pandangan hidup juga tidak terlepas
dari masalah nilai dalam kehidupan manusia pada umumnya. Oleh karena itu,
pandangan hidup yang sempurna yang merupakan wujud pertama kebudayaan tidak
boleh terlepas dari nilai budaya. C. Kluckhohn dalam karyanya Variations in
Value Orientation mengemukakan tentang adanya lima masalah dasar manusia,
yaitu manusia dan hidup, manusia dan karya, manusia dan waktu, manusia dan
alam, manusia dan sesama manusia.
Setiap manusia mempunyai
pandangan hidup. Pandangan
hidup itu bersifat kodrat. Karena itu ia menentukan
masa depan seseorang. Untuk itu perlu dijelaskan
pula apa arti pandangan hidup. Pandangan hidup artinya pendapat
atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan. Pendapat atau
pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman
sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Dengan demikian pandangan
hidup itu bukanlah timbul seketika atau
dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui
proses waktu yang lama dan terus menerus, sebingga basil
pemikiran itu dapat diuji kenyataannya.Hasil
pemikiran itu dapat diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas
dasar ini manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai
pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk yang disebut
pandangan hidup.
Pandangan hidup banyak
sekali macamnya dan ragamnya, akan
tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasikan
berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
1.
Pandangan
hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang
mutlak kebenarannya
2. Pandangan
hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan nonna
yang terdapat pada negara tersebut.
3. Pandangan
hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang
relatif kebenarannya.
Apabila
pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang sebagai pendukung
suatu organisasi, maka pandangan hidup itu
disebut ideologi. Jika organisasi itu organisasi
politik, ideologinya disebut ideologi politik.
Jika organisasi itu negara, ideologinya disebut
ideologi negara. Pandangan hidup pada
dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu
cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan/kepercayaan. Keempat unsur
ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan. Cita
– cita ialah apa yang diinginkan yang mungkin dapat
dicapai dengan usaha atau perjuangan. Tujuan
yang hendak dicapai ialah kebajikan, yaitu
segala hal yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia,
damai, tentram. Usaha atau peIjuangan adalah kerja keras yang dilandasi
keyakinan/kepercayaan. Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan
akal, kemampuan jasmani, dan kepercayaan kepada Tuhan.
B.
CITA-CITA
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia,
yang disebut cita-cita adalah keinginan,
harapan, tujuan yang selalu ada dalam
pikiran. Baik keinginan, harapan,
maupun tujuan merupakan apa yang mau
diperoleh seseorang pada masa mendatang.
Dengan demikian cita-cita merupakan pandangan
masa depan, merupakan pandangan hidup yang akan datang. Pada
umumnya cita-cita merupakan semacam garis
linier yang makin lama makin tinggi, dengan
perkataan lain: cita-cita merupakan keinginan,
harapan, dan tujuan manusia yang makin
tinggi tingkatannya.
Apabila
cita-cita itu tidak mungkin atau belum mungkin
terpenuhi, maka cita-cita itu disebut angan-angan.
Disini persyaratan dan kemampuan tidak/belum dipenuhi
sehinga usaha untuk mewujudkan cita-cita itu tidak
mungkin dilakukan. Misalnya seorang anak bercita-cita
ingin menjadi dokter, ia belum sekolah, tidak
mungkin berpikir baik, sehingga tidak punya
kemampuan berusaha mencapai cita-cita. Itu baru
dalam taraf angan-angan.
Antara masa sekarang yang merupakan realita dengan masa
yang akan datang sebagai ide atau cita-cita terdapat jarak waktu. Dapatkah
seseorang mencapai apa yang dicita-citakan, hal itu bergantung dari
tiga faktor. Pertama, manusianya yaitu yang memiliki
cita-cita; kedua, kondisi yang dihadapi selama mencapai apa yang
dicita-citakan; dan ketiga, seberapa tinggikah cita-cita yang
hendak dicapai.
Faktor
manusia yang mau mencapai cita-cita ditentukan
oleh kualitas manusianya. Ada orang yag tidak berkemauan, sehingga
apa yang dicita-citakan hanya merupakan khayalan saja. Hal demikian
banyak menimpa anak-anak muda yang memang senang berkhayal, tetapi sulit
mencapai apa yang dicita-citakan karena kurang mengukur dengan kemampuannya
sendiri. Sebaliknya dengan anak yang dengan kemauan
keras ingin mencapai apa yang di cita-citakan, cita-cita
merupakan motivasi atau dorongan dalam menempuh hidup untuk
mencapainya. Cara keras dalam mencapai cita-cita merupakan suatu
perjuangan hidup yang bila berhasil akan menjadikan dirinya
puas.
Faktor kondisi yang
mempengaruhi tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut yang
menguntungkan dan yang menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi
yang memperlancar tercapainya suatu cita-cita. Sedangkan faktor yang menghambat
merupakan kondisi yang merintangi tercapainya suatu
cita-cita, Misalnya sebagai bcrikut :
Amir dan Budi adalah dua anak pandai
dalam satu kelas, keduanya bercita-cita menjadi sarjana. Amir anak
orang yang cukup kaya, sehingga dalam mencapai cita-citanya tidak
mengalami hambatan. Malahan dapat dikatakan bahwa kondisi ekonomi orang tuanya
merupakan faktor yang menguntungkan atau memudahkan mencapai
cita-cita si Amir.Sebaliknya dengan Budi yang orang tuanya
ekonominya lemah, menyebabkan ia tidak mampu mencapai
cita-citanya. Ekonomi orang tua Budi yang lemah merupakan hambatan
bagi Budi dalam mencapai cita-citanya.
C. KEBAJIKAN
Kebajikan atau kebaikan atau
perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sarna dengan
perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan
norma-norma agama dan etika. Manusia berbuat baik,
karena menurut kodratnya manusia itu baik, mahluk
bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia
cenderung berbuat baik.
Manusia adalah seorang pribadi
yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Kedua unsur itu
terpisah bila manusia meninggal. Karena merupakan
pribadi, manusia mempunyai pendapat sendiri, ia
mencintai diri sendiri, perasaan sendiri, cita-cita sendiri
dan sebagainya. Justru karena itu, karena mementingkan diri
sendiri, seringkali manusia tidak mengenal kebajikan.
Manusia merupakan mahluk sosial:
manusia hidup bermasyarakat,manusia saling membutuhkan, saling menolong,saling
menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling
mencurigai, saling membenci, saling merugikan,dan sebagainya. Manusia sebagai
mahluk Tuhan, diciptakan Tuhan dan dapat berekembang karena Tuhan. Untuk itu
manusia dilengkapi kemampuan jasmani dan rohani
juga fasilitas alam sekitarnya seperti tanah,
air, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
Untuk
melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi, yaitu manusia
sebagai mahluk pribadi, manusia sebagai anggota
masyarakat,dan manusia sebagai mahluk Tuhan. Sebagai mahluk pribadi,
manusia dapat menentukan sendiri apa yang baik dan apa yang buruk.Baik buruk itu ditentukan oleh suara
hati. Suara hati adalah semacam bisikan di dalam hati
yang mendesak seseorang untuk menimbang dan menentukan baik
buruknya suatu perbuatan,tindakan atau tingkah laku. Jadi suara hati dapat
merupakan hakim untuk diri sendiri. Sebab itu, nilai
suara hati amat besar dan penting dalam hidup
manusia. Misalnya orang tahu, bahwa membunuh itu buruk,
jahat: suara hatinya mengatakan demikian, namun
manusia kadang-kadang tak mendengarkan suara
hatinya.
Suara
hati selalu memilih yang baik, sebab itu ia selalu mendesak orang
untuk berbuat yang baik bagi dirinya. Oleh
karena itu, kalau seseoraang berbuat sesuatu
sesuai dengan bisikan suara hatinya, maka orang tersebut perbuatannya
pasti baik. Jadi berbuat atau bertindak menurut suara hati, maka
tindakan atau perbuatan itu adalah baik. Sebaliknya
perbuatan atau tindakan berlawanan dengan suara hati kita, maka
perbuatan atau tindakan itu buruk. Misalnya, suara hati kita mengatakan
“tolonglah orang yang menderita itu”, dan kita berbuat menolongnya, maka
kita membuat kebajikan. Sebaliknya, apabila hati kita berkata
demikian,namun kita hanya seolah-olah tak mendengarkan suara
hati itu, maka munafiklah kita.
Karena
merupakan anggota masyarakat, maka seseorang juga terikat dengan suara
masyarakat. Setiap masyarakat adalah kumpulan
pribadi-pribadi, sehingga setiap suara masyarakat pada hakekatnya adalah
kumpulan suara hati pribadi-pribadi dalam masyarakat itu. Sebagaimana
suara hati tiap pribadi itu pasti selalu menginginkan yang
baik,maka masyarakat yang terdiri atas pribadi-pribadi itu pun
pasti suara hatinya juga menginginkan yang baik, maka masyarakat yang
terdiri atas pribadi-pribadi pasti suara hatinya juga menginginkan yang
baik untuk kehidupan masyarakatnya. Sebab itu jika benar-benar
berdasarkan pada suara hati anggota-anggotanya. Suara hati masyarakat
pada dasarnya adalah baik. Misalnya, warga disuatu daerah
menghendaki kerja bakti dengan mengadakan pembersihan saluran air di kampung.
Bila kita ikut beramai-ramai kerja bakti, berarti kita mengikuti
suara hati masyarakat, kerja bakti itu. Tetapi bila kita tidak
mengikutinya berarti kita tidak mau mengikuti suara hati masyarakat.
Sesuatu
yang baik bagi masyarakat, berarti baik bagi kepentingan masyarakat. Tetapi
dapat saja terjadi, bahwa sesuatu yang baik bagi kepentingan
umum/masyarakat tidak baik bagi salah seorang atau segelintir orang
didalamnya atau sebaliknya. Dengan demikian, seseorang harus tunduk
kepada apa yang baik bagi masyarakat umum.
Contoh : ciripa
tidak setuju jalan di depan rumahnya diperlebar, karena harus memotong bagian
depan rumahnya. Tetapi masyarakat kampung mengusulkan dan telah disetujui
jalan itu harus diperlcbar demi keamanan. Akhimya karena desakan seluruh
warga, dengan sangat terpaksa Budi menyetujuinya.
Jadi baik atau buruk itu
dilihat menurut suara hati sendiri. Meskipun demikian harus dinilai dan
diukur menurut suara atau pendapat umum. Disini tidak berarti bahwa pendapat
umum atau kepentingan umum itu di atas segala-galanya, sehingga suara hati,
pendapat atau kepentingan pribadi-pribadi diperkosa begitu
saja. Sebagai mahluk Tuhan, manusia pun harus mendengarkan suara hati
Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat baik dan
mengelakkan perbuatan yang tidak baik. Jadi,untuk mengukur perbuatan baik
buruk, harus kita dengar pula suara Tuhan atau kehendak Tuhan. Kehendak
Tuhan berbentuk hukum Tuhan atau hukum agama.
Jadi kebajikan itu adalah
perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat
dan hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan,
santun, berbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah tamah terhadap siapapun, berpakaian
sopan agar tidak merangsang bagi yang melihatnya. Baik-buruk,
kebajikan dan ketidakbijakan menimbulkan daya kreatifitas
bagi seniman. Banyak hasil seni lahir dari imajinasi
kebajikan dan ketidakbajikan.
Namun ada pula kebajikan semua, yaitu
kejahatan yang berselubung kebajikan. kebajikan semu ini sangat berbahaya,
karena pelakunya orang-orang munafik, yang bermaksud meneari
keuntungan diri sendiri. Kebajikan manusia nyata
dan dapat dirasakan dalarn tingkah lakunya. Karena
tingkah laku bersurnber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki
tingkah laku sendin-sendiri, sehingga tingkah laku setiap
orang berbeda-beda.
Faktor-faktor yang menentukan
tingkah laku setiap orang ada tiga hal. Pertama faktor
pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu
seseorang masih dalam kandungan. Pembawaan merupakan hal yang
diturunkan atau dipusakai oleh orang tua. Tetapi
mengapa mereka yang saudara sekandung tidak memiliki pembawaan
yang sarna? Hal itu disebabkan, karena sel-sel benih yang
mengandung faktor-faktor penentu (determinan)
berjumlah sangat banyak: pada saat konsepsi saling
berkombinasi dengan cara bermacam-macam sehingga menghasilkan
anak yang bermacam-macam juga (prinsip variasi
dalam keturunan). Namun mereka yang bersaudara memperlihatkan
kecondongan kearah rata-rata, yaitu sifat
rata-rata yang dimiliki oleh mereka yang saudara sekandung (prinsip
regresi filial). Pada masa konsepsi atau pembuahan
itulah terjadi pembentukan temperamen seseorang.
Faktor kedua yang
menentukan tingkah laku seseorang adalah Iingkungan (environ
ment). Lingkungan yang membentuk seseorang
merupakan alam kedua yang terjadinya
setelah seorang anak lahir (masa pembentukan
seseorang waktu masih dalam kandungan merupakan
alam pertama ). Lingkungan membentuk jiwa
seseorang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Dalarn lingkungan keluarga orang tua maupun anak
-anak yang lebih tua merupupakan panutan
seseorang, sehingga bila yang dianut sebagai teladan berbuat yang
balk-balk, maka si anak yang tengah membentuk diri pribadinya
akan baikjuga. Dalarn lingkungan
sekolah yang menjadi panutan utama
adalah guru, sementara itu ternan-ternan sekolah ikut serta memberikan
andilnya.
Dalam lingkungan sekolah tokoh panutan
seorang anak sudah memiliki posisi yang
lebih luas dibandingkan dengan dalarn keluarga.
Pembentukan pri bad i dalarn
sekolah terjadi pada masa anak-anak at
au masa sekolah. Lingkungan ketiga adalah
masyarakat, yang menjadi panutan bagi seseorang
adalah tokoh masyarakat dengan masa setelah anak-anak
menjadi dewasa atau duduk di perguruan tinggi. Selain
tokoh-tokoh dalarn rumah tangga, sekolah
dan masyarakat yang merupakan person, kepribadian
seorang anak juga memperoleh pengaruh dari benda-benda atau
peralatan dalarn lingkungaan tersebut yang merupakan non
person.
Karena itu dalarn pembentukan
kepribadian pada umumnya anak-anak kota lebih
trampil dibandingkan dengan anak pedesaan, namun dalam
hubungan bermasyarakat lebih-lebih yang berjenjang
anak-anak dari daerah pedesaan lebih unggul. Faktor ketiga
yang menentukan tingkah laku seseorang adalah pen gala man
yang khas yang pemah diperoleh. Baik pengalaman
pahit yang sifatnya negatif, maupun pengalarnan
manis yang sifatnya positif. Memberikan pada manusia suatu bekal yang
selalu dipergunakan sebagai pertimbangan sebelum seseorang
mengarnbil tindakan. Mungkin sekali bahwa berdasarkan hati nurani
seseorang mau menolong orang dalarn kesusahan, tetapi
karena pemah memperoleh pengalarnan pahit
waktu mau menolong seseorang sebelumnya, maka niat baiknya itu
tertahan, sehingga diurungkan untuk membantu. Belajar hidup dari pengalarnan
inilah yang merupakan pembentukan budaya
dalarn diri seseorang.
Dalarn prakteknya, dari ketiga
faktor diatas. yaitu hereditas, lingkungan, dan pengalarnan. manakah yang
paling dominan? Sulit diberikan jawaban, karena
ketiga-tiganya terjalin erat sekali. Disarnping
itu ketiga faktor tersebut dalam membentuk pribadi seseorang
berbeda kekuatannya dengan pembentukan pada pribadi
lain.
D. USAHA / PERJUANGAN
Usaha/perjuangan adalah kerja
keras untuk mewujudkan cita-cita. Setiap manusia hams kerja keras
untuk kelanjutan hidupnya, Sebagian hidup manusia adalah
usaha/perjuangan. Perjuangan untuk hidup, dan ini
sudah kodrat manusia. Tanpa
usaha/perjuangan, manusia tidak dapat hidup sempuma. Apabila
manusia bercita-cita menjadi kaya, ia harus kerja keras. Apabila
seseorang bercita-cita menjadi ilmuwan, ia harus rajin belajar dan tekun serta
memenuhi semua ketentuan akademik.
Kerja keras itu dapat dilakukan
dengan otak/ilmu maupun dengan tenaga/jasmani, atau dengan
kedua-duanya. Para ilmuwan lebih banyak bekerja keras dengan
otak/ilmunya daripada dengan jasmaninya.
Sebaliknya pam buruh, petani lebih
banyak menggunakan jasamani daripada otaknya.
Para tukang dan pam ahli lebih banyak menggunakan kedua-duanya
otak dan jasmani daripada salah satunya. Para politisi lebih
banyak kerja otak daripada jasmani. Sebaliknya para
prajurit lebih ban yak kerja jasmani daripada otak.
Kerja keras pada dasamya
menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sebaliknya
pemalas membuat manusia itu miskin, melarat, dan
berarti menjatuhkan harkat dan martabatnya sendiri. Karma itu tidak boleh
bermalas-malas, bersantai-santai dalam hidup ini. Santai
dan istirahat ada waktunya dan manusia mengatur
waktunya itu.
Untuk bekerja keras
manusia dibatasi oleh kemampuan. Karena kemampuan
terbatas itulah timbul perbedaan tingkat kernakmuran antara manusia satu dan
manusia lainnya. Kemampuan itu terbatas pada
fisik dan keahlian/ketrampilan. Orang bekerja
dengan fisik lemah memperoleh hasil sedikit, ketrampilan akan
memperoleh penghasilan lebih banyak jika dibandingkan dengan
orang yang tidak mempunyai ketrampilan/keahlian. Karena itu mencari ilmu
dan keahlian/ketrampilan itu suatu keharusan. Sebagaimana
dinyatakan dalam ungkapan sastra: “tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke
liang lahat” dalam pendidikan dikatakan sebagai “long life
education”
Karena manusia itu
mempunyai rasa kebersamaan dan belas
kasihan (cinta kasih) antara sesama manusia. maka ketidakmampuan
atau kemampuan terbatas yang menimbulkan perbedaan
tingkat kemakmuran itu dapat diatasi
bersama-sama secara tolong menolong,
bergotong-royong. Apabila sistem ini diangkat ke
tingkat organisasi negara,maka negara akan mengatur
usaha/peljuangan warga negaranya
sedemikian rupa, sehingga perbedaan tingkat
kemakmuran antara sesama warga negara dapat dihilangkan atau tidak
terlalu mencolok. Keadaan ini dapat dikaji
melalui pendangan hidup/ideologi yang dianut
oleh suatu negara.
E. KEYAKINAN / KEPERCAYAAN
Keyakinan/kepercayaan
yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuaasaan Tuhan. Menurut Prof.Dr.Harun Nasution, ada tiga aliran
filsafat,yaitu aliran naturalisme, aliran intelektualisme, dan aliran gabungan.
a) Aliran Naturalisme
Hidup manusia itu
dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan
gaib itu dari natur, dan itu dari Tuhan. Tetapi bagi yang tidak percaya pada
Tuhan, natur itulah yang tertinggi. Tuhan menciptakan alam semesta lengkap
dengan hukum-hukumnya. secara mutlak dikuasai Tuhan. Manusia sebagai mahluk
tidak mampu menguasai alarn ini, karena manusia itu lemah. Manusia hanya dapat
berusaha/berencana tetapi Tuhan yang menentukan Aliran naturalisme berintikan
spekulasi, mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak ada Tuhan. Lalu mana yang benar
? Yang benar adalah keyakinan. Jika kita yakin Tuhan itu ada, maka kita katakan
Tuhan ada. Bagi yang tidak yakin, dikatakan Tuhan tidak ada yang ada hanya
natur.
Bagi yang percaya Tuhan,
Tuhan itulah kekuasaan tertinggi. Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan. Karena
itu manusia mengabdi kepada Tuhan berdasarkan ajaran-ajaranTuhan yaitu agarna.
Ajaran agama itu ada dua macarn yaitu :
1. Ajaran
agama dogmatis, yang disarnpaikanoleh Tuhan melalui nabi-nabi. Ajaran agama
yang dogmatis bersifat mutlak (absolut),terdapat dalam kitab suci Al-Quran dan
Hadist. Sifatnya tetap, tidak berubah-ubah.
2. Ajaran
agama dari pemuka-pemuka agama,yaitu sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya relative
(terbatas).Ajaran agarna dari pemuka-pemuka agarna termasuk kebudayaan,terdapat
dalarn buku-buku agama yang ditulis oleh pemuka-pemuka agama. Sifatnya dapat
berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Apabila aliran
naturalisme ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka
keyakinan manusia itu bennula dan Tuhan.Jadi, pandangan hidup
dilandasi oleh ajaran-ajaran Tuhan melalui
agamanya Manusia yakin bahwa kebajikan itu diridhoi
oleh Tuhan. pandangan hidup yang dilandasi keyakinan
bahwa Tuhanlah kekuasaan tertinggi,
yang menentukan segala-galanya disebut pandangan
hidup religius (keagamaan).Sebaliknya, apabila manusia
tidak mengakui adanya Tuhan, natur adalah
kekuatan tertinggi, maka keyakinan itu bermula
dan kekuatan natur. Pandangan hidupnya dilandasi
oleh kekuatan natur. Manusia yakin bahwa
kebajikan adalah kebajikan natur. Pandangan hidup
yang dilandasi oleh kekuatan natur sifatnya
atheisme. Ini disebut pandangan hidup komunis.
b)
Aliran intelektualisme
Dasar
aliran ini adalah logika / akal. Manusia mengutamakan akal. Dengan akal
manusia berpikir. Mana yang benar menu rut akal
itulah yang baik, walaupun bertentangan
dengan kekuatan hati nurani. Manusia yakin bahwa dengan
kekuatan pikir (akal) kebajikan itu dapat dicapai dengan sukses.
Dengan akal diciptakan teknologi. Teknologi adalah a1at bantu mencapai
kebajikan yang maksimal, walaupun mungkin
teknologi memberi akibat yang bertentangan dengan
hati nurani.
Akal
berasal dan bahasa Arab, artinya kalbu, yang
berpusat di hati, sehingga timbul istilah “hati
nurani”, artinya daya rasa Di Barat hati nurani ini menipis,
justru yang menonjol adalah akal yaitu logika berpikir,
Karena itu aliran ini banyak dianut di kalangan
Barat di Timur orang mengutamakan hati
nurani,yang baik menurut akal belurn tentu baik
menurut hati nurani.
Apabila
aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka keyakinan
manusia ito bennula dan akal. Jadi pandangan hidup ini dilandasi
oleh keyakinan kebenaran yang diterima akal. Benar menurut
akal itulah yang baik. Manusia yakin bahwa
kebajikan hanya dapat diperoleh dengan akal (ilmu dan teknologi).
Pandangan hidup ini disebut llberalisme.Kebebasan akal menimbulkan
kebebasan bertingkah laku dan berbuat,
walaupun tingkah laku dan perbuatan itu
bertentangan dengan hati nurani. Kebebasan akallebih ditekankan
pada setiap individu. karena itu individu yang berakal (berilmu dan
berteknologi tinggi) dapat menguasai individu yang
berpikir rendah (bodoh).
c) Aliran
Gabungan
Dasar
aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal. kekuatan gaib aninya
kelruatan yang berasal dan Tuhan, percaya adanya
Tuhan sebagai dasar keyakinan. Sedangkan aka! adalah dasar
kebudayaan, yang menentukan benar tidaknya
sesuato. Segala sesuatu dinilai dengan akal, baik
sebagai logika berpikir maupun sebagai rasa (hati
nurani). Jadi, apa yang benac menurut logika berpikir
juga dapat diterima oleh hati nurani.
Apabila
aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka akan timbul dua
kemungkinan pandangan hidup. Apabila keyakinan lebih berat didasarlcan
pada logika berpildr, sedangkan hati nurani dinomor
duakan, kekuatan gaib dari Tuhan diakui adanya
tetapi tidak menentukan, dan logika berpikir tidak ditekankan pada logika
berpikir individu, melainkan logika berpikir kolektif (masyarakat),
pandangan hidup ini disebut sosialisme.
Apabila
dasar keyakinan itu kekuatan gaib dari Tuhan dan akal, kedua-duanya mendasari
keyakinan secara berimbang, akal dalam arti baik sebagai logika berpikir maupun
sebagai daya rasa (hati nurani), logika berpikir baik secara individual maupun
secara kolektif pandangan hidup ini disebut sosialime – religius. Kebajikan
yang dikehendaki adalah kebajikan menurut logika berpikir dan dapat
diterima oleh hati nurani, semuanya itu berkat karunia Tuhan.
Apabila
kita kaji maka antara dua pandangan hidup ini terdapat perbedaan pokok.
Pandangan hidup sosialisme menekankan pada logika berpikir kolektif,
sedangkan pandangan hidup sosialisme religius menenkankan pada logika
berpikir kolektif individual.Pandangan hidup sosialisme mengutamakan
logika berpikir dari pada hati nurani, sedangkan sosialisme religius mengutamakan
kedua-duanya logika berpikir dan hati nurani. Pandangan hidup sosialisme tidak
begitu menghiraukan kekuasaan Tuhan, sebaliknya sosialisme religius kekuasaan
Tuhan begitu menentukan.
F. LANGKAH-LANGKAH
BERPANDANGAN HIDUP YANG BAlK
Manusia
pasti mempunyai pandangan hidup walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimana kita
memeperlakukan pandangan hidup itu tergantung pada orang yang bersangkutan. Ada
yang memperlakukan pandangan hidup itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada
pula yang memperlakukaan sebagai penimbul kesejahteraan, ketentraman dan
sebagainya.
Akan
tetapi yang terpenting, kita seharusnya rnernpunyai langkah-langkah
berpandangan hidup ini. Karena hanya dengan rnernpunyai langkah-langkah
itulah kita dapat memperlakukan pandangan hidup sebagai sarana
mcncapai tujuan dan cita-cita dengan baik. Adapun
langkah-langkah itu sebagai berikut :
1. Mengenal
Mengenal merupakan
suatu kodrat bagi rnanusia yaitu rnerupakan tahap pertarna dari setiap
aktivitas hidupnya yang dalam jal ini rnengenal apa itu pandangan hidup.
Tentunya kita yakin dan sadar bahwa sctiap manusia itu pasti rnernpunyai
pandangan hidup, maka kita dapat memastikan bahwa pandangan hidup itu ada sejak
rnanusia itu ada, dan bahkan hidup itu ada sebelum manusia itu bel urn turun ke
dunia. Adam dan hawalah dalam hal ini yang merupakan manusia pertama, dan
berarti pula mereka rnernpunyai pandangan hidup yang digunakan sebagai
pedoman dan yang rnernberi petunjuk kepada mereka. Sedangkan kita sebagai
mahluk yang bernegara dan atau beragama pasti mempunyai pandangan hidup juga
dalam beragama, khususnya Islam, kita rnernpunyai pandangan hidup
yaitu AI-Qur’an, Hadist dan ijmak Ulama, yang rnerupakan satu kesatuan dan
lidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lainnya.
2. Mengerti
Tahap kedua untuk berpandangan
hidup yang baik adalah mengerti. Mengerti disini dimaksudkan
mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Bila dalam bernegara kita
berpandangan pada Pancasila, maka dalam berpandangan hidup pada Pancasila
kita hendaknya mengerti apa Pancasila dan bagaimana
mengatur kehidupan bernegara. Begitu juga bagai
yang berpandangan hidup pada agama Islam. Hendaknya kita
mengerti apa itu Al-Qur’an, Hadist dan ijmak itu dan bagaimana
ketiganya itu mengatur kehidupan baik di dunia maupun di akherat
Selain itu juga kita mengerti untuk apa dan dari mana Al Qur’an, hadist, dan
ijmak itu. Sehingga dengan demikian mempunyai suatu konsep
pengertian tentang pandangan hidup dalam Agama Islam.
Mengerti
terhadap pandangan hidup di sini memegang peranan penting. Karena
dengan mengerti, ada kecenderungan mengikuti apa yang
terdapat dalam pandangan hidup itu.
3. Menghayati
Langkah
selanjutnya setelah mengerti pandangan hidup adalah
menghayati pandangan hidup itu. Dengan menghayati pandangan
hidup kita memperoleh gambaran yang tepat dan benar
mengenai kebenaran pandangan hdiup itu sendiri.
Menghayati disini
dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai yang terkandung didalanmya,
yaitu dengan memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai
pandangan hidup itu sendiri. Langkah-langkah yang
dapat ditempuh dalam rangka menghayati ini,
menganalisa hal-hal yang berhubungan dengan
pandangan hidup, bertanya kepada orang yang
dianggap lebih tabu dan lebih berpengalaman mengenai isi pandangan hidup itu
atau mengenai pandangan hidup itu sendiri. Jadi dengan menghayati
pandangan hid up kita akan memperoleh mengenai kebenaran
tentang pandangan hidup itu sendiri.
Yang
perIu diingat dalam langkah mengerti dan menghayati
pandangan hidup itu, yaitu harus ada.
Sikap penerimaan terhadap pandangan hidup itu sendiri. Dalam sikap
penerimaan pandangan hidup ini ada
dua altematif yaitu penerimaan secara
ikhlas dan penerimaaan secara tidak ikhlas.
Dengan kata lain
langkah mengenai mengerti dan menghayati ini ada sikap penerimaan dan hal
lain merupakan langkah yang menentukan terhadap langkah
selanjutnya. Bila dalarn mengerti dan menghayati ini ada penerimaan
secara ikhlas,maka langkah selanjutnya akan memperkuat
keyakinannya. Akan tetapi bila sebaliknya langkah
selanjutnya tidak berguna.
4. Meyakini
Setelah
mengetahui kebenaran dan validitas, baik secara kemanusiaan,
maupun ditinjau dan segi kemasyarakatan maupun
negara dan dari kehidupan di akherat, maka
hendaknya kita meyakini pandangan hidup yang telah kita
hayati itu. Meyakini ini merupakan suatu hal untuk cenderung
memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya.
Dengan
meyakini berarti secara langsung
ada penerimaan yang ikhlas terhadap
pandangan hidup itu. Adanya sikap
menerima secara ikhlas ini maka ada kecenderungan
untuk selalu berpedoman kepadanya dalam segala tingkah laku dan tindak
tanduknya selalu dipengaruhi oleh pandangan hidup yang diyakininya. Dalam
meyakini ini penting juga adanya iman yang teguh. Sebab dengan iman
yang teguh ini dia tak akan terpengaruh oleh pengaruh dari luar dirinya yang menyebabkan
dirinya tersugesti.
Contoh bahwa
keyakinan itu penting dalam tingkah laku. Kita sebagai umat yang beragama Islam
yakin bahwa Allah itu mempunyai sifat yang malla dari segala yang diantaranya
adalah maha mengetahui. Sifat maha mengetahui ini membuat orang yang
meyakininya selalu berbuat baik, Dalam hal ini adalah keyakinan yang
sebenar-benamya. Akan tetapi dalam kasus tertentu ada pula orang yang walaupun
meyakini, tetapi karena imannya tipis maka terpaksa melanggar ketentuannya.
5. Mengabdi
Pengabdian merupakan
sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah
dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain. Dengan
mengabdi maka kita akan merasakan manfaatnya Sedangkan perwujudan manfaat
mengabdi ini dapat dirasakan oleh pribadi kita sendiri. Dan manfaat itu sendiri
bisa terwujud di masa masih hidup dan atau sesudah meninggal yaitu di alam
akherat.
Dampak
berpandangan hidup Islam yang antara lain yaitu mengabdi kepada orang tua
(kedua orang tua). Dalam mengabdi kepada orang tua bila didasari oelh pandangan
hidup Islam maka akan cenderung untuk selalu disertai dengan ketaatan dalam
mengikuti segala perintahnya. Setidak-tidaknya kita menyadari bahwa
kita sudah selayaknya mengabdi kepada orang tua. Karena kita dahulu yaitu dari
bayi sampai dapat berdiri sendiri tokh diasuhnya dan juga kita dididik kepada
hal yang baik.
Oleh karena itu
seharusnya mengabdi kepada orang tua kita dengan perwujudannya yang
berupa perbuatan yang menyenangkan hatinya, baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Artinya apapun yang menjadi hambatan dan tantangan kita untuk
tidak mengabdi kepadanya harus selalu ditumbangkan.
Jadi jika kita sudah
mengenal, mengerti, menghayati, dan meyakini pandangan hidup ini, maka
selayaknya disertai dengan pengabdian. Dan pengabdian ini hendaknya dijadikan
pakaian, baik dalam waktu tentram Iebih-lebih bila menghadapi
hambatan, tantangan dan sebagainya.
6. Mengamankan
Mungkin sudah
merupakan sifat manusia bahwa bila sudah mengabdikan diri pada suatu pandangan
hidup lalu ada orang lain yang mengganggu dan atau mayalahkannya
tentu dia tidak menerima dan bahkan cenderung untuk mengadakan perlawanan. Hal
ini karena kemungkinan merasakan bahwa dalam berpandangan
hidup itu dia telah mengikuti langkah-langkah sebelumnya dan
langkah-langkah yang ditempuhnya itu telah dibuktikan kebenarannya
sehingga akibatnya bila ada orang lain yang mengganggunya rnaka dia pasti akan
mengadakan suatu respon entah respon itu berwujud tindakan atau lainnya.
Proses
mengamankan ini merupakan langkah terakhir.Tidak
mungkin atau sedikit kemungkinan bila belum mendalami langkah
sebelumnya lalu akan ada proses mengamankan ini. Langkah yang
terakhir ini merupakan langkah terberat dan benar-benar
membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi segala sesuatu
demi tegaknya pandangan hidup itu.
Misalnya seorang
yang beragama Islam dan berpegang teguh kepada pandangan hidupnyaa,lalu
suatu ketika dia dicela baik secara langsung ataupun
secara tidak langsung, maka jelas dia tidak
menerima celaan itu. Bahkan bila ada orang yang
ingin merusak atau bahkan ingin memusnahkan
agama Islam baik terang-terangan ataupun
secara diam-diam, sudah tentu dan sudah
selayaknya kita mengadakan tindakan terhadap
segala sesuatu yang menjadi pengganggu.
BAB
III
KESIMPULAN
Pandangan
hidup merupakan bagaimana manusia memandang kehidupan. Setiap orang memiliki
pandangan hidup yang berbeda-beda dan melahirkan suatu paham. Wujud pandangan
hidup manusia berkaitan dengan cita-cita, kebajikan, dan etika. Cita-cita
merupakan pandangan hidup di masa yang akan datang. Kebajikan manusia secara
nyata dan dapat dirasakan melalui tingkah lakunya. Dan, dalam hal ini, tingkah
laku manusia sebagai perwujudan kebajikan inilah yang akan dikemukakan karena
wujudnya dapat dilihat dan dirasakan. Karena tingkah laku bersumber pada
pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri yang
berbeda dari orang lain dan tergantung dari pembawaan, lingkungan, dan
pengalaman. Dalam setiap perbuatan, manusia harus memahami etika yang berlaku
dalam masyarakat. Sehingga kehidupan dalam mermasyarakat menjadi tenang dan
tenteram.
DAFTAR PUSTAKA
Widyosiswoyo, Supartono. 1992. Ilmu Budaya Dasar.
Jakarta:
Buku Ajar
Ilmu Budaya Dasar
rendiez31.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar